Langsung ke konten utama

welcome to fatarana's world

Cari Blog Ini

Dijamin Pasti Ngakak!!

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

Dapatkan link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya

Komentar

zack9 Juni 2010 pukul 09.32
hahahhaa...lucu banget ni..kocak..
BalasHapus
Balasan

Tambahkan komentar

Muat yang lain...

Posting Komentar

Postingan Populer

Modernisasi Jepang, Restorasi Meiji

Restorasi Meiji (明治維新 Meiji-ishin?), dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi, atau Pembaruan, adalah rangkaian kejadian yang menyebabkan perubahan pada struktur politik dan sosial Jepang. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir Zaman Edo dan awal Zaman Meiji. Restorasi ini merupakan akibat langsung dari dibukanya Jepang kepada kedatangan kapal dari dunia Barat yang dipimpin oleh perwira angkatan laut asal AS, Matthew Perry.

Urusan Penting Itu, Hanya Tuhan Yang Tahu.

Seorang teman pernah berkata dengan begitu percaya dirinya,”coba deh kalian perhatikan, banyak cowok ganteng tapi pasangannya tidak cantik. Banyak juga cowok yang biasa-biasa aja tapi pasangannya sungguh luar biasa ”. Pernyataannya lugas, polos, penuh keyakinan dan masuk akal. Dalam kehidupan sehari-hari fakta memang ada yang demikian walaupun ada juga yang tidak seperti itu. Berbicara mengenai jodoh / pasangan hidup memang tidak akan ada habisnya. Topik ini sudah dibahas semenjak jaman dulu oleh banyak orang, mungkin juga termasuk nenek moyangnya nenek moyang kita. Namun tetap saja masalah ini menarik untuk diperbincangkan. Masih ingatkah kisah Nabi Sulaiman dengan Ratu Balqis penguasa negeri Saba? Cerita Zulaikha istri seorang penguasa Mesir dengan Nabi Yusuf, pelayannya? Syah Jehan dengan Permaisurinya Mumtaz Mahal? Ataupun Romeo and Juliet, Titanic, Dibawah Lindungan Kabah, Ketika Cinta Bertasbih? Semuanya punya satu kesamaan, sama-sama mengantung cerita yang disebut “cinta”.

The story of Ibn Battuta

Ibn Battuta first set foot in a boat in 1330. He was 27 years old and already an experienced and resourceful traveler. The boat was a jalba, one of the notorious red sea craft described more than a millennium earlier in The Periplus of the Erythraean Sea, made of planks sewn together with coir and waterproofed with shark oil. He was in Jiddah, about to embark for Yemen and possibly one of the Gujarati ports beyond, for he had already heard that the Muslim ruler of Delhi was recruiting learned men to help with the administration of his sultanate. His companion, Mansur, urged Ibn Battuta to join him in his own jalba, but Ibn Battuta declined: “I did so because his jalba was also loaded with a number of camels, and since I had never before made a sea voyage, this terrified me.”

Diberdayakan oleh Blogger