Bagi ahli sejarah, sisa-sisa Pompei merupakan kesaksian yang mengguncang dari penyelewengan susila yang pernah berlaku di sana. Bahkan jalan-jalan raya kota Pompei, lambang kemerosotan moral dari Kekaisaran Romawi, menunjukkan kesenangan dan kenikmatan yang diperturutkan oleh kota ini. Jalan raya yang pernah begitu sibuk dan penuh kedai minuman, klab malam, dan rumah bordil, masih memberikan kilasan yang ditinggalkan malapetaka tersebut pada kehidupan sehari-hari.
Di sini, di tanah yang sekarang diselimuti debu vulkanis, pernah ada banyak peternakan yang makmur, kebun anggur yang subur, dan rumah musim panas yang mewah. Karena berlokasi di antara lereng Gunung Vesuvius dan laut, Pompei menjadi tempat wisata musim panas favorit bagi orang-orang kaya Romawi yang melepaskan diri dari ibu kota yang terik. Tetapi, Pompei menjadi saksi atas salah satu letusan gunung api paling menakutkan dalam sejarah, melenyapkan kota itu dari muka bumi. Kini, sisa-sisa penghuni kota ini sesak napas karena uap beracun dari Vesuvius saat mereka melakukan kegiatan harian seperti biasa dengan sangat hidup menggambarkan detail mengenai cara hidup bangsa Romawi. Bencana tersebut melanda Pompei, juga kota tetangganya, Herculaneum , pada suatu hari musim panas, pada saat daerah itu dipadati orang-orang kaya Romawi menghabiskan musim dalam vila-vila mereka yang megah.
Pompei pada saat itu memang terkenal dengan kebebasan para penduduknya dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan seksual. Bahkan konon, tiruan [maaf] alat kelamin dalam ukuran aslinya digantung di depan pintu rumah. Tak heran ketika Gunung Vesuvius meletus, banyak orang yang sedang melakukan hubungan badan terperangkap di dalam kota dan mati seketika. Yang ajaib, mereka bahkan seperti tidak menyadari telah terjadi peristiwa dahsyat yakni gunung meletus, bahkan tak sempat melarikan diri, bagaikan terkena mantra. Sebuah keluarga yang sedang menyantap makanan membatu seketika, juga banyak pasangan ditemukan membatu berceceran di jalan dalam keadaan (maaf) sedang berhubungan badan. Selama ribuan tahun, mayat-mayat itu terkubur material letusan Gunung Vesuvius dan membatu.
Sejarah mencatat bahwa pada masa kekuasaan raja Nero, yaitu pada tahun 62 M terjadi gempa hebat di kota Pompei dan sekitarnya. Sejak itu gempa terjadi hampir setiap tahun dan mengakibatkan kerusakan yang tidak sedikit. Ketika itu belum diketahui apa penyebabnya. Selanjutnya pada suatu malam ditahun 64 M, terjadi kebakaran besar di kota Roma. Kebakaran hebat yang hanya menyisakan 4 dari 14 distrik Roma ini berlangsung hingga 6 hari tujuh malam.
Puncaknya adalah bulan Agustus tahun 79 M. Sumur-sumur dan sumber air mengering. Disusul dengan terjadinya gempa selama 4 hari yang makin lama makin kuat. Kemudian tepat satu hari sebelum Vulcanalia, perayaan hari besar dewa api Yunani, terjadi letusan hebat gunung Vesuvius yang terletak tidak jauh dari Naples. Letusan ini didahului dengan terjadinya hujan batu runcing hingga menutupi permukaan tanah Pompei setebal 2.8 m. Ini terjadi hanya dalam waktu 2 jam yaitu pukul 18.00 hingga 20.00.
Penyelidikan di situs kejadian mengungkapkan bahwa letusan berkembang dalam tahapan yang berbeda-beda. Sebelum letusan, daerah itu berguncang beberapa kali. Suara gaduh yang jauh dan bernada tinggi, dalam dan mengerikan, yang datang dari gunung berapi, mengiringi gempa itu. Pertama-tama, Vesuvius menyemburkan gumpalan uap air dan abu, "Kemudian awan yang berputar ini naik tinggi ke atmosfer dengan membawa pecahan batu tua yang tercabik dari saluran gunung berapi dan jutaan ton batu apung yang masih baru dan seperti kaca. Angin yang kuat membawa awan abu ke arah Pompei, di mana 'batu-batu kecil' mulai berjatuhan. Begitu kanopi yang menutupi matahari menyebar di atas kota, batu apung dan abu menghujani Pompei, bertumpuk dengan kecepatan enam inci per jam."
Penggalian di Pompei, di pihak lain, mengungkapkan bahwa kebanyakan penghuninya enggan meninggalkan kota . Mereka mengira tidak berada dalam bahaya karena Pompei tidak terlalu dekat ke kawah. Karena itu, kebanyakan warga Pompei yang kaya tidak meninggalkan rumah mereka dan malah berlindung di rumah dan toko mereka, sambil berharap badai akan segera bertiup jauh. Mereka semua binasa sebelum sempat menyadari bahwa segalanya telah terlambat. Hanya dalam satu hari, Pompei dan Herculaneum , serta enam desa di sekitarnya tersapu dari peta.
Pompei, tempat kemegahan dan keindahan, musnah bersama 20 ribu penduduknya. Berbagai bentuk dari korban warga Pompei yang menderita terpelihara sebagai peringatan bagi generasi berikutnya. Menyingkap rahasia Pompei tidak dapat dilakukan hingga berabad-abad kemudian. Lebih dari sekadar isyarat belaka, penggalian kota kuno itu memberikan gambaran hidup dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Bentuk dari banyak korban yang menderita ini terpelihara utuh.
Sumber :
http://vienmuhadi.com/2010/02/11/mengambil-hikmah-pompei-the-lost-city/
http://www.harunyahya.com/indo/buku/kaumkaum005.htm
http://zainal4.multiply.com/journal/item/11/Peradaban_Masa_Silam
Komentar
Posting Komentar